Pada Rabu pagi, Starliner Boeing diluncurkan menuju Stasiun Luar Angkasa Internasional membawa astronot NASA Butch Wilmore dan Suni Williams.
Ini adalah misi berawak pertama untuk pesawat ruang angkasa komersial, yang sempat mengalami penundaan karena masalah teknis.
Pada tanggal 6 Mei, katup pelepas tekanan di roket Atlas 5 menyebabkan scrub pertama. Kemudian pada tanggal 1 Juni, terjadi masalah dengan tiga komputer di darat yang mengatur penghitungan mundur terakhir, yang menyebabkan penundaan lagi.
Namun peluncuran pada hari Rabu berjalan lancar, dengan para astronot lepas landas pada pukul 10:52 ET. Para kru kemudian mencapai orbit dengan selamat.
Peluncuran yang sukses akan mengguncang pasar penerbangan luar angkasa komersial.
Saat ini, pesawat ruang angkasa Crew Dragon milik SpaceX menjadi pilihan utama NASA untuk mengangkut astronot ke dan dari luar angkasa. Peluncuran yang sukses kini memberi NASA pilihan kedua, menghilangkan monopoli SpaceX yang berbasis di AS mengenai transportasi manusia ke luar angkasa.
Dibandingkan dengan SpaceX, Boeing lebih lambat dalam memasuki bisnis transportasi ruang angkasa manusia secara komersial. Pada tahun 2014, NASA memilih Boeing dan SpaceX untuk membangun pesawat ruang angkasa guna mengangkut astronotnya ke dan dari ISS.
SpaceX mulai meluncurkan astronot pada tahun 2020, tetapi upaya Boeing mengalami penundaan yang merugikan. Musk menulis di X, sebelumnya Twitter, bahwa masalah Boeing disebabkan oleh “terlalu banyak manajer non-teknis.”
Peluncuran pada hari Rabu bukanlah pertama kalinya Wilmore dan Williams berada di luar angkasa. Keduanya adalah astronot berpengalaman dan masing-masing menghabiskan lebih dari 150 hari di luar angkasa.
Namun misi ini sudah lama dinantikan Wilmore dan Williams. Mereka telah berlatih lebih lama untuk misi ini dibandingkan Neil Armstrong, Buzz Aldrin, dan Michael Collins untuk Apollo 11, The New York Times menunjukkan.